11.7.16

Plus Minus Menitipkan Anak di Daycare (2)

First post in 2016! 

*bersih-bersih sarang laba-laba*



Anyway, saya pernah menulis plus minus menitipkan anak di daycare di sini. Tapi, waktu itu Rais masih bayi yang cuma bisa tidur, minum ASI, pipis, dan pup.

Setelah dia masuk usia toddler, kerasa banget keputusan saya dan Agam 'menyekolahkan' dia di daycare sejak lima bulan adalah keputusan yang tepat! Kenapa? Selain poin-poin yang sudah saya tulis di tulisan pertama, ini poin-poin tambahannya:

PLUS

1. Bisa belajar banyak hal
Anak usia toddler itu lagi aktif-aktifnya dan rasa ingin tahunya lagi tinggi-tingginya. Saya nggak yakin baby sitter di rumah mampu mengakomodasi itu. Di daycare, Rais punya jadwal 'belajar' setiap hari,  mulai dari senam pagi, membaca, mewarnai, mengenal huruf, sampai main di playground. Ada kurikulumnya. Ada staf daycare yang sarjana pendidikan. Ada rapotnya.

2. Banyak aktivitas
Selain jadwal 'belajar' yang sifatnya rutin setiap hari, daycare juga punya banyak aktivitas. Di usianya yang belum dua tahun, Rais sudah pernah berenang, manasik haji, pawai, lomba tujuh belasan, bahkan tampil di panggung!

3. Bisa main sama teman sebaya
Sebenarnya saya sudah menulis poin in, tapi tentu saja kemampuan sosialisasi anak lima bulan dan dua tahun beda. Sekarang Rais sudah bisa komunikasi sama temannya, misalnya menyusun balok bareng atau mendorong mobil-mobilan bergantian, walaupun ngomongnya sama-sama belum lancar. Rais bahkan sudah bisa menghibur anak daycare yang masih bayi. :))

4. Pesta ulang tahun
Karena banyak aktivitas dan banyak teman, anak bisa merayakan ulang tahun di daycare. Nggak perlu pusing lagi memikirkan mau merayakan ulang tahun di mana dan mengundang siapa. Nggak perlu bayar sewa tempat #emakirit. Rais merayakan ulang tahunnya yang pertama di daycare. Acaranya sederhana banget kok, cuma potong kue dan nyanyi-nyanyi.

5. Kenal agama sejak dini
Kebetulan, daycarenya Rais basisnya agama. Setiap hari ada jadwal sholat jamaah dan mengaji.

6. Ada dokter dan psikolog
Daycarenya Rais kerjasama sama posyandu di apartemen. Setiap bulan anak-anak rutin ke sana untuk ditimbang, diberi vitamin, dan diberi imunisasi (tentunya cuma imunisasi dasar ya). Kemarin baru saja ada psikolog yang datang ke daycare dan orangtua bisa konsultasi. Katanya sih nanti akan ada dokter yang datang rutin ke daycare juga. Gratisss.

7. Ada catering
Selain itu ada catering juga! Cateringnya bisa pesan bulanan, mingguan, atau harian. Saya dan Agam sih nggak keberatan masak untuk Rais, jadi kami nggak pesan catering bulanan. Tapi catering harian itu berguna banget kalau kami harus berangkat kerja pagi sekali dan nggak sempat masak.

8. Makan lebih gampang
Saya pernah tanya ke pengasuh-pengasuh daycare, siapa anak yang makannya paling lahap? Semuanya kompak jawab Rais. :D Padahal kalau di rumah, kadang cuma mau makan nasi, kadang cuma mau makan buah, kadang mau makan nasi pakai buah. -____- Mungkin karena kalau di daycare dia lihat teman-temannya makan juga, jadi kompetitif. Makanya, walaupun Rais lagi sakit, kadang saya tetap antar dia ke daycare supaya mau makan.

9. Orangtua tambah teman
Salah satu grup whatsapp saya yang paling aktif sekarang adalah grup whatsapp ibu-ibu daycare. :)) Topiknya mulai dari gosip seputar daycare sampai isu vaksin palsu yang lagi hot. Karena daycarenya Rais ada di kompleks apartemen dan hampir semua temannya tinggal di apartemen yang sama, kalau ke mana-mana pasti ketemu temannya Rais.

10. Ada tingkat selanjutnya
Yayasan pemilik daycarenya Rais punya sekolah mulai dari tingkat daycare sampai SD. Saya dan Agam memang berencana menyekolahkan Rais sampai TK di yayasan yang sama (kecuali kalau kami pindah rumah). Semoga Rais nggak terlalu berat adaptasinya kalau naik tingkat. Dan tentunya ada diskon buat murid yang sekolah dari tingkat daycare yuhuu!

MINUS

1. Resiko anak ketularan sakit lebih besar
Poin ini sebetulnya juga sudah saya tulis, tapi saya ulangi lagi karena penting. Sampai sekarang Rais masih sering ketularan batuk pilek. :(( Bahkan pernah ketularan sakit mata dan flu Singapura. Kalau dia sakit pas saya juga sakit maka tamatlah sudah. Waktu dia kena flu Singapura itu, daycarenya sampai diliburkan seminggu karena banyak anak yang kena, padahal di minggu yang sama saya kena gejala typhus. Duh...

2. Drama oh drama
Kata siapa daycare = no drama? Sebelum Lebaran, daycarenya Rais sempat pecah manajemen. Yang akhirnya Rais (dan sebagian besar temannya) ikut manajemen yang baru dan pindah ke gedung yang baru. Lumayan jadi beban pikiran lho itu. Saya dan Agam sampai sempat beberapa kali izin ke kerja karena harus ikut rapat orangtua.

3. Anak 'berantem' sama teman
Rais sudah pernah digigit tangannya sampai memar. Tapi dia juga pernah getok kepala temannya pakai mobil-mobilan sampai lecet dan dorong temannya sampai bawah matanya biru. So... I guess it's fair enough? :)) Biasanya sih karena rebutan mainan. Tapi yang namanya anak-anak ya habis itu main bareng lagi, ketawa bareng lagi like nothing happened before.

4. Anak kenal makanan nggak sehat
Memang sih Rais lebih gampang makan di daycare, tapi di sisi lain dia jadi kenal makanan yang nggak sehat juga. Kalau saya bawakan dia bekal biskuit homemade organik, sementara temannya bawa bekal Pocky atau Hello Panda, bisa tebak kan dia pilih yang mana? :))



So... plus 10 versus minus 4. Daycare FTW!